Reaksi transfusi adalah respons sistemik tubuh terhadap darah yang tidak sesuai. Penyebabnya meliputi inkompatibilitas sel darah atau sensitivitas reaksi alergi pada komponen darah yang ditransfusikan atau pada kalium atau sitrat yang disimpan dalam darah. Transfusi drah juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit infeksius. Beberapa jenis reaksi akut dapat berasal dari transfusi darah.
reaksi
|
penyabab
|
Manifestasi
klinis
|
manajemen
|
pencegahan
|
Hemolisis akut
|
Infuse seluruh darah , sel darah merah, atau komponen darah yang
tidak sesuai, yang terdiri atas 10 ml atau lebih sel darah merah. Antibody
pada plasma resipien melekat pada antigen saat mentransfusi sel darah merah
menyebabkan pemecahan sel darah merah.
|
Demam, hangat, nyeri punggung, memerah, takikardia, takipnea,
hipotensi, kolaps pembuluh darah, hemoglobinuria, hemoglobinumea, pendarahan,
gagal ginjal akut, syok, henti jantung, kematian.
|
Hentikan tranfusi atasi syok, jika terjadi dapatkan sampel darah
untuk pemeriksaan serologis dengan lambat untuk mencegah hemolisis selama
pengambilan darah. Kirim specimen urine kelaboratorium. Pertahankan tekanan
darah dengan memberikan cairan koloid IV. Berikan dierisis sesuaai pesan
untuk mempertahankan aliran urine. Insersi kateter indwelling atau hitung jumlah urine. Untuk memantau jumlah
keluaran urine per jam. Dialysis mungkin diperlukan jika gagal ginjal
terjadi. Jangan memberikan transfusi darah merah lain yang mengandung
komponen hingga pelayanan transfusi menyediakan unit darah yang baru.
|
Verifikasi dengan teliti dan dokumentasikan identifikasi klien dari
sampel ke komponen infuse.
|
Febril, non-hemolitik (paling sering terjadi)
|
Sensitifitas sel darah putih, platelet, atau protein plasma.
|
Demam dan hangat yang tiba tiba (suhu meningkat lebih dari 1®C),
sakit kepala, memerah, ansietas, nyeri otot
|
Hentikan infuse berikan antipiretik sesuai pesan; jangan berikan
aspirin pada klien trombositopenia peringatan
keselamatan: jangan memulai prosedur tranfusi.
|
Mempertimbangkan produk darah yang mengandung sedikit leukosit
(difiltrasi, dicuci, atau dibekukan).
|
Reaksi elergi ringan (mild allergic)
|
Sensitifitas protein plasma asing.
|
Kemerahan, sakit, urtikaria
|
Berikan antihistamin segera mungkin. Jika gejala ringan dan bersifat
sementara, transfuse dapat dimulai dengan lambat. Peringatan keamanan: jangan memulai prosedur transfusi jika demam
dan gejala pulmonary terjadi.
|
Atasi reaksi profilaksis dengan antihistamin.
|
anafilaksis
|
Infuse protein IgA pada resipien defisiensi IgA yang memiliki
antibody IgA.
|
Ansietas, urtikaria, bunyi mengi, terjadi sianosis, syok, kemungkinan
henti jantung.
|
Hentikan tranfusi. Mulai RJP, jika diindikasihan. Siapkan efineprin
untuk injeksi (0,4 ml untuk 1:1000 larutan per subkutan atau 0,1 ml untuk
1:1000 larutan yang dilarutkanpada 10 ml saline untuk penggunann IV). Peringatan keamanan: jangan memuli
prosedur transfuse.
|
Tranfusi produk sel darah merah secara ekstensif, dimana semua plasma
telah dihilangkan. Gunakan donor darah dari darah yang defisiensi IgA.
|
Kelebihan cairan sirkulasi
|
Pemberian cairan lebih cepat dari pada sirkulasi
|
Batuk, dispnea, kongesti, pulmonary, (bunyi napas rales), sakit
kepala hipertensi, taki kardia. Distensi vena leher
|
Posisikan klien duduk dengan kaki pada posisi bergantung berikan
dieresis, oksigen, morfin, flebotomi dapat dilakukan
|
Sesuaikan volume transfusi daan kecepatan aaliran berdasarkan keadaan
klinis klien bagi alat transfusi kebentuk cairan kecil untuk memberikan ruang
asupan cairan yang lebih baik
|
sepsis
|
Transfusi komponen darah yang terkontaminasi
|
Awitan cepat panas, demam tinggi, muntah, diare, hipotensi, dan syok.
|
Dapatkan kultur darah klien dan kirim kantung yang berisi darah sisi
ke pelayanan transfusi untuk pemeriksaan lebih lanjut atasi septicemia-antibiotik,
cairan Iv, vasepresor, steroid.
|
Kumpulkan, proses, dan transfusi produk darah sesuai dengan standar
bank darah dan infuse selama 4 jam sejak waktu awal
|
Kategori kedua dari reaksi transfusi meliputi penyakit yang
ditransmisikan dari donor darah yang terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala. Penyakit
yang disebarkan melalui transfuse meliputi malaria, hepatitis, dan AIDS. Karena
semua unit darah yang terkumpul harus melalui uji serologi dan skirining HIV
dan HBV, maka resiko terserang infeksi dari transfusi darah telah berkurang.
Kelebihan cairan sirkulasi merupakan risiko saat klien
menerima seluruh transfuse darah atau packet RBC dengan jumlah yang besar untuk
pendarahan massif, syok, atau ketika klien yang memiliki jumlah darah yang
normal menerima darah. Klien yang
berisiko mengalami kelebihan cairan sirkulasi adalah reaksi transfusi darah
dapat mengncam kehidupan, tetapi intervensi yang segera dapat mempertahankan
stabilitas fisiologis klien. Ikuti pentunjuk tindakan yang diberikan saat
reaksi terjadi :
Pertahankan keamanan jika reaksi darah terjadi, hentikan tranfusi
darah segera.
a)
Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan
memberikan 0,9% normal saline melalui sistem “piggyback” kedaalam jalur IV dan aliran saline dengan cepat.
b)
Jangan menutup klem darah dan membuka klem
normal salime 0,9% yang dihubungkan dengan set infuse selang Y. hal ini akan
menyebabkan darah yang berada dalam selang Y terinfusi dengan klien. Metransfusi
sedikit saja jumlaah darah yang tidak tepat dapat menyebabkan reaksi yang
besar.
c)
Beritau petugas kesehatan segera.
d)
Tetap berada dismping klien, obervasi tanda dan
gejala dan pantau tanda vital setiap 5 menit.
e)
Berikan obat emergensi seperti antihistamin,
vasopresor, cairan, atau steroid sesuai instruksi atau protokol pemberi asuhan
keperawatan.
f)
Persiapkan peralatan untuk melakukan resusitasi
jantung paru.
g)
Dapaatkan spesimen urine, dan kirimkan
kelaboratorium untuk menentukan ada atau tidak adanya hemoglobin sebagai akibat
terjadinya hemolisis.
h)
Lindungi kantung darah, selang, berikan label,
serta catat transfusi dan kembalikan kelaboratorium.
No comments:
Post a Comment